WASPADA, DALAM MEMILIH PEMASANGAN KAWAT GIGI.

MEMASANG kawat gigi sebagai upaya memperbaiki fungsi kesehatan dan estetika kini telah banyak dipilih. Namun begitu, minimnya pengetahuan masyarakat tentang kedokteran gigi kerap menimbulkan masalah. Tak sedikit ditemukan kasus malpraktik dari oknum dokter gigi atau orang yang mengaku kompeten dalam bidang gigi.

Untuk mengantisipasi adanya kerugian dalam hal praktik pemasangan kawat gigi, Ketua Umum Ikatan Ortodontis Indonesia (Ikorti) Prof Dr Eky Soeria Soemantri, SpOrt menyarankan masyarakat lebih cermat memilih pelayanan pemasangan kawat gigi. "Banyak dokter gigi atau orang yang mengaku ahli gigi yang sebenarnya tak kompeten melakukan pemasangan kawat gigi. Karena salah prosedur akibatnya bisa membahayakan pasien. Hati-hatilah dalam memilih perawatan," ujar Prof Eky di Jakarta, Kamis (29/5).

Supaya tidak salah pilih, kata Prof Eky, ada beberapa cara sederhana yang dapat dijadikan panduan. Yang paling mudah adalah mengetahui bahwa dokter yang berpraktik memiliki gelar spesialis ortodontis atau disingkat SpOrt. "Seorang dokter gigi harus menjalani pendidikan tambahan 3 hingga 4 tahun untuk mendapat gelar ini," ujarnya.

Ortodontis merupakan salah satu dari tujuh cabang kedokteran gigi. Yang tercakup dalam ortodontis adalah oklusi atau terkatupnya gigi geligi atau kedaan di mana gigi rahang atas bertemu rahang bawah. Kelainan oklusi (maloklusi) dapat dibagi menjadi tiga tingkat, mulai dari susunan tidak rata atau berjejal, gigi tonggos (overbite), hingga perkembangan rahang yang tak harmonis. Masalah-masalah seperti itulah yang bisa diatasi oleh seorang spesialis ortodontis.

Prof Eky menambahkan, dengan penanganan dokter spesialis yang tepat, tujuan pengobatan tentu akan bisa tercapai. Lama perawatan dan pemasangan gigi bervariasi, yakni 1-3 tahun dengan waktu kontrol setiap 3-5 minggu.

"Namun bila datang ke orang yang salah, tentu akibatnya bisa sangat bahaya. Jangan main-main karena dampaknya bisa seumur hidup. Kepala bisa pusing-pusing, gangguan pada rahang, dan biasanya lebih sulit diperbaiki," katanya.
Setiap bulannya, Prof Eky mengaku selalu menerima pasien yang harus diperbaiki atau dirawat ulang akibat kesalahan dalam praktik ortodontis. "Setiap bulannya saya menerima tiga hingga lima pasien dari sekitar 20 pasien yang mengalami salah perawatan," tandasnya.


[kesehatan.kompas.com]


0 komentar:

Post a Comment