Zukri, Juragan Jahe Instan Asal Makassar

Berbekal kerja keras dan kreativitas, Zukri meraih sukses sebagai pengusaha
jahe instan khas tanah kelahirannya, Makassar. Tak hanya jahe instan, ia
juga sukses mengelola perusahaan penyedia jasa training management outbond.
Omzet dari masing-masing usahanya tersebut bisa mencapai Rp 100 juta per
bulan.

Pengusaha sukses memang tak harus berasal dari sebuah keluarga pengusaha.
Seperti yang terlihat pada Zukri. Meski darah wirausaha sama sekali tak
mengalir dalam tubuhnya, toh, pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan ini
mampu meraih sukses sebagai seorang pengusaha.

Berkat kerja keras dan kreativitasnya mengembangkan resep minuman
tradisional jahe asli Makassar, Sukma Jahe bisa diterima masyarakat dengan
baik.

Zukri mengembangkan usaha jahe instan ini sejak dua tahun lalu. Zukri yang
juga pemilik UD Monity Jaya Bersama mampu memodifikasi resep minuman jahe
khas Kota Angin Mamiri tersebut hingga menghasilkan aroma dan rasa yang
berbeda dengan produk-produk jahe instan lainnya.

Saat ini, Sukma Jahe sudah beredar di pelbagai kota di Sumatra, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi. Kapasitas produksinya 50.000 sachet per bulan.
Dengan harga jual Rp 2.000 sachet, omzet yang dikantongi Zukri bisa mencapai
Rp 100 juta per bulan.

Padahal, untuk memasarkan produk jahe instannya, Zukri hanya mengandalkan
agen-agen penjualan yang ada di tiap daerah. "Meski hanya melalui perantara
agen, penyebaran produk ini lebih cepat," ujarnya.

Sayangnya, Sukma Jahe memang belum nongol di gerai-gerai supermarket atau
pasar modern. Bukannya tak pernah mencoba, ia merasa, sistem pembayaran di
pasar modern akan mempersulit permodalannya. "Padahal pelaku UKM seperti
saya ini yang relatif lemah permodalan, harusnya malah lebih dipermudah,"
katanya. Yap, betul - betul - betul ... setuju Pakk..

Selain itu, Zukri mengungkapkan, ia tak punya cukup waktu untuk mengurus
semua tetek bengek pembayaran di pasar modern yang (katanya memang ribetttt banget)

Sejak tahun 2004, ia menerjuni usaha jasa
yang menawarkan pelatihan manajemen berbasis outbond. Berbeda dengan usaha
jahe instannya yang terletak di Bekasi, bisnis jasa yang bernama Parabus
Malino Tour dan Outbound ini berlokasi di Makassar.

Pada usaha outbond ini, Zukri mengadopsi beragam metode dengan memanfaatkan
alam terbuka untuk menyampaikan materi pelatihan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Ia memadukan unsur kerjasama, mengasah kreativitas, serta
meningkatkan rasa percaya diri dan jiwa kepemimpinan. Sehingga, peserta
harus menemukan teori dan pemecahan masalah dengan cepat. Dan, pada
akhirnya, mereka mampu menerapkan pengalaman tersebut dalam dunia kerja.
"Dengan aktivitas ini, perusahaan bisa memperbaiki sistem kerja menjadi
lebih baik," katanya.

Sebagian besar klien yang menjadi langganannya tergolong perusahaan besar
yang biasanya memiliki cabang di Makassar. Misalnya, PT Bank Negara
Indonesia Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dan perbankan lainnya. Ada pula
PT Aneka Tambang Tbk dan PT Frisian Flag yang kerap menggunakan jasanya.

Dalam usahanya ini, Zukri memang tak hanya menyediakan pelatihan dengan para
trainer yang berpengalaman. Namun, ia juga menawarkan fasilitas penginapan
dan transportasi sekaligus.

Bahkan, klien juga bisa memilih paket rekreasi tanpa harus mendapatkan
materi pelatihan manajemen. Bermacam kegiatan dengan basis alam, seperti
rafting, paintball, dan berpetualang ke tempat-tempat wisata di sekitar
Makassar, menjadi bagian paket wisata yang bisa dipilih. Ia pun mengklaim,
jasa training outbond miliknya adalah yang terbaik di ibukota Sulawesi
Selatan.

Sekarang, Parabus bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 100 juta-Rp 200 juta
setiap bulan.

Lantaran Zukri memiliki usaha jahe instan di Bekasi yang juga membutuhkan
perhatiannya, pengelolaan Parabus sering diserahkan kepada stafnya.

Kini, Zukri hanya berperan sebagai pemegang saham di tempat itu. Tapi,
sesekali, ia menyambangi Makassar untuk memantau operasional Parabus. Atau,
bila ada klien besar yang akan melakukan pelatihan dan membutuhkan campur
tangannya, Zukri tak segan terbang ke Makassar.



(Rizki Caturini/Kontan)
Editor: Erlangga Djumena Sumber : KONTAN

0 komentar:

Post a Comment