Membanting Kemurungan di Bantimurung




“Banting saja kemurunganmu di Bantimurung,” seloroh kawan saya saat kami bercakap mengenai obyek wisata andalan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Jaraknya lebih kurang 45 km dari Kota Makassar.

Dan memang benar, selama saya melewatkan masa SMA di Maros dulu (1986-1989), Bantimurung menjadi pilihan berwisata bagi kami sekeluarga dan teman-teman sekolah. Selain memang tempatnya dekat, air terjun serta obyek wisata lain yang ada di sekitarnya menawarkan keindahan. Kemurungan itu rasanya bagai terbanting. Dari pusat kota Maros, Bantimurung sudah dapat dijangkau dengan waktu lebih kurang 20 menit dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum.

Secara geografis objek wisata Bantimurung memiliki luas wilayah mencapai 6.619,11 km2 Memasuki kawasan ini, kita akan disambut oleh sebuah gapura besar dengan kupu-kupu raksasa, diikuti patung kera berukuran jumbo. Ini menandakan Bantimurung merupakan habitat asli kupu-kupu dan kera.

Photo credits Ayu Ambong

Air terjun jatuh perlahan melalui batu cadas dari ketinggian 15 meter dan lebar 20 meter menyajikan nuansa alam yang khas. Selain pemandangan alam yang indah, air terjun ini juga dimanfaatkan oleh pengunjung untuk kegiatan mandi atau sekadar untuk merasakan percikan sejuk air pegunungan.

Di sekitar air terjun, terdapat cekungan-cekungan sungai yang biasa dimanfaatkan pengunjung untuk berenang. Di sebelah kiri air terjun terdapat jalan wisata dan tempat duduk permanen yang membatasi jalan dengan sungai, terusan dari air terjun. Biasanya pengunjung yang datang sekadar mengabadikan gambar panorama air terjun. Di sebelah kanan air terjun, terdapat areal yang cukup landai untuk berkumpul bersama keluarga dengan menggelar tikar sambil menikmati pemandangan. Pengunjung juga bisa duduk di bawah pepohonan rindang atau mandi di air terjun.

Photo credits Zulkarnain

Taman Wisata Alam Bantimurung secara umum bergelombang sampai berbukit-bukit. Batuan kapur membentuk bebukitan terjal di kanan kiri sungai. Daerah datar terletak di bagian selatan, tempat terdapatnya air terjun dan kolam. Daerah datar lainnya yang mempunyai panorama cukup menarik terletak di bagian utara taman wisata alam, dapat ditempuh melalui jalan setapak dari air terjun. Vegetasi yang terdapat di Taman Wisata Alam Bantimurung adalah tipe hutan hujan pegunungan yang didominasi oleh famili Liniaceae, antara lain; jambu hujan (Eugenia sp), jabon (Anthocepalus cadamba), pala-pala (Mangifera sp), enau (Arenga pinnata), centana (Pterocarpus indicus) dan lain-lain.

Photo credits Zulkarnain

Selain menikmati pesona air terjun Bantimurung, terdapat objek wisata lain di sekitar kawasan ini yakni goa mimpi dan goa batu. Goa Mimpi merupakan salah satu tempat yang digemari. Di dalam goa terdapat stalaktit (relief batu yang terbentuk dari tetesan air dan menggantung di atas langit-langit goa) indah dengan kumpulan kristal. Bening dan mampu memantulkan cahaya. Di sekelilingnya diterangi lampu sehingga memperindah suasana dalam goa. Inilah yang membuatnya disebut goa mimpi karena ketika berada di dalamnya, kita seakan-akan berada dalam mimpi.

Untuk menuju Goa Batu dibutuhkan stamina yang prima meskipun pengelola sudah membuatkan anak tangga setinggi 10 meter. Perjalanannya cukup jauh dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 20 menit. Namun setelah tiba, segala kelelahan segera terbayar dengan pemandangan indah serta air terjun kecil yang begitu asri. Belum lagi keindahan di dalam goa dengan stalaktit dan stalagmite sepanjang lorong 30 meter.

Photo credits Rully Kesuma

Pada 1856 – 1857, Alfred Russel Wallace menghabiskan sebagian hidupnya di Indonesia untuk meneliti berbagai jenis kupu-kupu, termasuk kupu-kupu Bantimurung. Menurut Wallace, Bantimurung merupakan The Kingdom of Butterfly karena ditemukan beragam spesies kupu-kupu langka yang jarang terdapat di daerah lain. Berbagai jenis kupu-kupu yang terdapat di kawasan tersebut antara lain dari family Saturnidae, Nocturnidae, Spingidae dan Nyphalidae. Jenis kupu-kupu tersebut menurut para ahli hanya terdapat di Taman Wisata Alam Bantimurung. Menurut Matimu (1977) dan Achmad (1998) dalam Buku Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (2006), terdapat 103 jenis kupu-kupu yang ditemukan di sana, dan sebaran kupu-kupu jenis komersil seperti Troides haliptron dan Papilio blumei adalah dua jenis endemik yang mempunyai sebaran sangat sempit, yaitu hanya pada habitat berhutan di pinggiran sungai.

Untuk menjaga kupu-kupu dari kepunahan, pemerintah setempat membuat penangkaran di lokasi ini, dan tentunya menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Selain penangkaran, ada juga museum kupu-kupu sebagai informasi dan pusat data kupu-kupu yang hidup di alam Bantimurung. Sebelum pulang jangan lupa untuk membeli oleh-oleh kupu-kupu indah Bantimurung yang sudah diawetkan dalam bingkai kaca dengan jumlah variatif. Oleh-oleh ini bisa dipajang di dinding rumah sebagai kenangan dan tanda bahwa Anda sudah mengunjungi “Kerajaan Kupu-Kupu” di Bantimurung.

Photo credits Zulkarnain

Untuk menikmati kesejukan dan keindahan Bantimurung, pengunjung cukup membayar retribusi karcis sebesar Rp 5000 untuk dewasa dan Rp 3500 bagi anak-anak. Bagi Anda yang ingin berlama-lama di sini, tersedia fasilitas penginapan dengan kisaran harga antara Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu plus fasilitas televisi di dalamnya.

0 komentar:

Post a Comment