Dalam beberapa tahun terakhir ini Dewi Gustiana, 40 tahun, mengeluhkan rasa nyeri di bagian lehernya. Kadang rasa nyeri tersebut disertai pegal-pegal, dan sekujur tubuhnya kram serta sakit-sakit. "Kalau nyeri itu datang, semua badan seperti kesemutan," ujarnya kepada Tempo.
Kalau rasa nyeri itu kambuh, warga Medang Lestari, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, ini buru-buru pergi ke tukang urut atau pijat tradisional. "Bukannya sembuh, malah ketagihan pijatnya," kata ibu dua anak ini.
Pernah pula datang ke tukang urut ketika rasa sakit tidak tertahankan. Namun sakit di bagian leher bukannya mereda, malah semakin menjadi-jadi. "Bengkak dan semua badan menjadi sakit," Dewi melanjutkan. Akhirnya wanita yang bekerja di perusahaan swasta nasional ini membawa masalah tersebut ke dokter ahli saraf.
Dr Alfred Sutrisno, SpBS, dokter spesialis bedah saraf, mengakui, memang banyak pasien datang kepadanya ketika masalah urat atau otot tersebut dalam kondisi parah. "Karena terlalu lama dibiarkan dan salah penanganan," ujarnya di sela workshop dengan puluhan dokter spesialis bedah saraf di sebuah rumah sakit di Tangerang, Sabtu dua pekan lalu.
Menurut Alfred, nyeri merupakan suatu manifestasi adanya kelainan di tubuh akibat suatu penyakit maupun gangguan pada daerah nyeri atau adanya penjalaran dari daerah lain yang dikenal sebagai refer pain. "Jadi nyeri merupakan alarm di tubuh kita untuk memberi tahu kita bahwa ada sesuatu yang tidak beres," ujar Consultant of Neurosurgeon Chairman Neuroscience Center Omni Hospital ini.
Nyeri ini bisa menyerang siapa saja. Menurut Alfred, beberapa tahun lalu, nyeri leher banyak menyerang orang di atas usia 40 tahun. Tapi saat ini juga sudah menyerang usia remaja. "Mungkin karena cara duduk menghadapi komputer yang tidak benar dan pola hidup yang kurang baik."
Bahkan nyeri juga menjangkiti anak. Dan ternyata, menurut Alfred, 80-90 persen kasus nyeri menyerang anak pertama, anak bungsu, atau anak tunggal. Itu berkaitan dengan fase pembentukan mental. Bisa jadi karena terlalu dimanja, mental anak tidak tumbuh dengan baik, sehingga cepat stres dan sering tegang, sehingga menyebabkan timbulnya kelainan anatomi dan gangguan struktur saraf. "Kondisi ini menyebabkan gangguan pada leher."
Nyeri juga bisa dirasakan di mana saja, khususnya di daerah leher. Sering orang merasakan nyeri pada daerah leher dapat menjalar sampai ke kepala, dan kedua atau salah satu anggota gerak bagian atas/lengan. Kalangan kedokteran sering menamainya sebagai Cervical Syndrome.
Rasa nyeri dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf tubuh manusia. "Jika tidak tepat penanganannya dan terlambat, jaringan saraf akan rusak total, yang mengakibatkan kelumpuhan total. Kelumpuhan terjadi dikarenakan menyerang saraf-saraf otonom," ujar Alfred.
Nyeri di daerah leher dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor, baik itu faktor psikis maupun faktor fisik. Faktor fisik, misalnya, adanya kelainan di daerah leher dan sekitarnya. Seperti tumor dan gangguan degeneratif, misalnya adanya bantalan yang pecah sampai penulangan atau ossifikasi dari selaput pelindung tulang.
Kelainan pada tulang leher maupun bantalannya dapat mengakibatkan rasa baal, kesemutan, atau nyeri yang menjalar. Bahkan hal itu dapat menyebabkan kelumpuhan anggota gerak serta kesulitan buang air besar dan air kecil. Untuk itu, menurut Alfred, diperlukan penatalaksanaan nyeri yang tepat. Menurut dia, cara mengatasi nyeri dapat dilakukan secara nonoperatif sampai tindakan operatif. Tindakan operasi dilakukan jika kondisinya sudah parah.
Dokter Alfred tidak membenarkan jika ada keluhan nyeri atau sakit di bagian urat langsung dibawa ke tukang urut atau tukang pijat. "Cara seperti itu tidak dibenarkan," katanya. Menurut dia, otot yang tegang jika dipijat akan semakin tegang.
0 komentar:
Post a Comment